Manis klapertart tuk asinya
kua asam#
Bangun pagi dengan mata, sayup. Terpaksa bangun sebab alaram
tlah bordering untuk kedua kalinya, tanda ku tlah terlambat bangun di pagi ini.
Perlahan ku berjalan dengan sedikit sapaan bagi teman-teman yang baru selesai
bermain game di rung tengah rumah kayu sonder, tuk ucapkan kata perpisahan tuk
hari yang begitu sibuk buatku karena aktifitas yang menumpuk begitu banyak,
mulai dari pulang bitung, mengajar di sekolah yang siswanya super dengan
kelebihan keributan yang lumayan membuat darah naik hingga sebagian besar
proses blajar mengajar yang terjadi dilampaui dengan kemarahan, hingga harus
kembali ke sonder tuk mengikuti peldas technique teathere.
Nah itu sedikit cerita tentang awal dari suatu keadaan yang
membingungkan saat kuberada di dalam rumah kayu tua di sonder.
Skarang, mari kita mulai dengan saat ku kembali dari bitung,
dengan kondisi yang sangat melelahkan, didepan rumah tua itu, kubertemu dengan
sosok, tinggi, tua, besar dan mengenakan kaos berwarna unggu yang sangat
menyilaukan sore yang agak mendung di sonder, kita sambut saja sosok tersebut
dengan sebutan nama om green. Sambutan hangatpun datang dari bibir yang biasa
berbicara lama tentang sesuatu, dengan sapaan slamat pagi om green menyapaku di
depan paggar, maklum saja, sindiran buat diri ini yang terlambat datang, sbab
sore menjelang baru bisa ku kembali, karena tak mungkin lama kita berbicara
disitu, kitapun berjalan menyusuri lorong-lorong yang sengaja dibuat di rumah
itu, tuk masuk kedalam rumah, sebab tempat pertemuan kita berada di lantai dua,
kuberjalan perlahan menaiki tangga hingga disambut teman-teman yang sementara
menikmati kopi hangat dengan santapan harian rumah tua ini, yaitu diskusi yang
selalu hangat. Sontak diskusi terhenti dengan kedatanganku, sudah ku duga
sebelumnya bila harus seperti ini, pertanyaanpun datang dari beberapa orang
yang ada saat itu, dengan tanggapan
serius, mana ikan cakalang dari bitung? Akupun hanya bisa menjawab bahwa
ternyata dirumah kehabisan cadangan ikan, rasa kekecewaan mereka berusaha
kubujuk dengan kue klapertart yang badanya yang kubawa, berharap bisa menebus
ikan yang telah ku janjikan sebelumnya. Om greenpun datang dari sudut blakang
rumah yang sedikit sempit dengan tubuh besarnya rumahpun tergoncang dengan
kerasnya, tak,ttik,tuk,tak,tuk. Suara lantai kayu dirumah itu. Dan datanglah
lagi singgungan tentang janji yang takkunjung ditepati yaitu ikan cakalang/tuna
yang sebelumnya tlah kujanjikan. Ternyata tuna telah di press menjadi
klapertart hebat yah… kata orang besar itu, dengan senyuman aneh yang
membinggungkan. Yau diri ini hanya bisa terdiam lagi sambil memainkan guitar
princes.
Tak berapa lama kemudian, nah solusi tuk makan malampun
datang, yaitu kua asam. Teman-teman lain mencari wortel dan bumbu-bumbu tuk
dimasak, karena hari itu adalah hari tugas memasak untukku, jadi ku harus
memasak tuk penuhi tanggung jawab…
Tak-tuk,tak makanan siap disajikan, raut senang terlihat
dari orang-orang yang tadi kupanggil untuk makan, perlahan mereka mengambil
nasi dan kua asam yang kubuat bersama beberapa teman yang membantu. Wah makanan
malam ini rupanya terlihat enak, sedikit kelucuan dari seorang bapak yang
datang dengan mengatakan bahwa “bagusnya ini dimakan diatas daun pisang” ku
tertawa sbab kita akan makan kua asam. Hahahaha….
Nah, merekapun makan dan mulai sedikit berbicara tentang
lelucon-lelucon kecil. Tersinggung sedikit tentang kasus kemarin mengenai
poki-poki anjing. Yang cukup membawa tawa…
hingga tersinggung tentang rasa kua asam yang tlah kubuat, ternyata rasanya asin, sbab garam yang berlebih… hehehe
hingga tersinggung tentang rasa kua asam yang tlah kubuat, ternyata rasanya asin, sbab garam yang berlebih… hehehe
Meski, kata mereka kua asam itu, terasa asin, tapi senang
juga tlah memasak tuk banyak orang, terlihat keringat mengucur dari kepala
mereka, hehehe
Pikirku, walau asin tetapi mereka tetap menikmati kua asam
itu… hehehe
Kondisi yang menyenangkan.
By :JEAN KALENGKONGAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar